Jumat, 02 Maret 2012

plot


Plot (ada yang menyebutnya sebagai alur) dalam pertunjukan teater mempunyai kedudukan yang sangat penting. Hal ini berhubungan dengan pola pengadeganan dalam permainan teater, dan merupakan dasar struktur irama keseluruhan permainan. Plot dapat dibagi berdasarkan babak dan adegan atau berlangsung terus tanpa pembagian. Plot merupakan jalannya peristiwa dalam lakon yang terus bergulir hinga lakon tersebut selesai. Jadi plot merupakan susunan peristiwa lakon yang terjadi di atas panggung.

Plot menurut Panuti Sudjiman dalam bukunya Kamus Istilah Sastra (1984) memberi batasan adalah jalinan peristiwa di dalam karya sastra (termasuk naskah drama atau lakon) untuk mencapai efek-efek tertentu. Pautannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal (waktu) dan oleh hubungan kausal (sebab-akibat). Plot atau alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama, yang menggerakkan jalan cerita melalui perumitan (penggawatan atau komplikasi) ke arah klimaks penyelesaian. Menurut J.A. Cuddon dalam Dictionary of Literaray Terms (1977), plot atau alur adalah kontruksi atau bagan atau skema atau pola dari peristiwa-peristiwa dalam lakon, puisi atau prosa dan selanjutnya bentuk peristiwa dan perwatakan itu menyebabkan pembaca atau penonton tegang dan ingin tahu. Plot atau alur menurut Hubert C. Heffner, Samuel Selden dan Hunton D. Sellman dalam Modern Theatre Practice (1963), ialah seluruh persiapan dalam permainan. Jadi plot berfungsi sebagi pengatur seluruh bagian permainan, pengawas utama dimana seorang penulis naskah dapat menentukan bagaimana cara mengatur lima bagian yang lain, yaitu karakter, tema, diksi, musik, dan spektakel. Plot juga berfungsi sebagai bagian dasar yang membangun dalam sebuah teater dan keseluruhan perintah dari seluruh laku maupun semua bagian dari kenyataan teater serta bagian paling penting dan bagian yang utama dalam drama atau teater.

plot dibangun oleh unsur peristiwa. Namun, sebuah peristiwa tidak begitu saja hadir. Peristiwa hadir akibat dari aktivitas tokoh-tokoh di dalam cerita yang memiliki konflik atau pertentangan dengan dirinya sendiri, tokoh lainnya, atau dengan lingkungan di mana tokoh itu berada. Namun peristiwa juga bisa disebabkan oleh aktivitas alam yang menimbulkan konflik dengan manusia. Tanpa adanya konflik, sebuah peristiwa hanya akan menjadi narasi tak sempurna. Setiap konflik akan bergerak menuju titik intensitas tertinggi, di mana pertentangan tak dapat lagi dihindari. Itulah yang disebut sebagai klimaks. Dengan demikian dapat dikatakan, sebuah plot dibangun oleh peristiwa, konflik, dan klimaks.

Peristiwa

Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari satu keadaan ke keadaan lainnya (Luxemburg dkk, 1992: 150). Sebuah karya fiksi tentunya tidak terbangun hanya dari satu peristiwa saja, tetapi banyak peristiwa. Namun, tidak semua peristiwa di dalam karya fiksi berfungsi sebagai pembangun plot. Berdasarkan fungsi terhadap pengembangan plot itulah, peristiwa dapat dibedakan menjadi peristiwa fungsional, kaitan, dan acuan.

1. Peristiwa fungsional adalah peristiwa-peristiwa yang sangat mempengaruhi pengembangan plot. Rangkaian peristiwa-peristiwa fungsional merupakan inti dari cerita. Jika sebuah peritiwa fungsional dihilangkan akan menyebabkan cerita itu menjadi lain, atau bahkan menjadi tidak logis.

Gelas ditangan ayah tiba-tiba saja terjatuh. Hatinya menjadi gelisah. Dia merasa sesuatu yang buruk akan terjadi. Telepon di ruang tengah berbunyi. Seorang polisi mengabarkan sebuah kecelakan bus yang terjadi beberapa jam lalu. Ibu meninggal dunia dalam kecelakaan itu.

Semenjak kematian ibu, ayah sering mengurung diri di dalam kamarnya. Satu bulan kemudian, ayah menyusul ibu karena tak kuasa menanggung kesedihan.

Paragraf di atas menyuguhkan kepada kita rangkain peristiwa yang membentuk plot. Terdapat dua peristiwa fungsional di dalam paragraf tersebut. Yaitu peristiwa kematian ibu, yang disusul oleh kematian ayah. Peristiwa kematian ibu menjadi penyebab kematian ayah (perhatikan kalimat yang ditebalkan). Apabila kalimat-kalimat lainnya dihilangkan tidak akan mempengaruhi bangunan cerita. Namun sebaliknya apabila salah satu dari peristiwa fungsional itu dihilangkan, maka cerita akan bergerak ke arah yang berbeda, atau menjadi kurang logis.

2. Peristiwa kaitan adalah peristiwa-peristiwa yang berfungsi mengaitkan peristiwa-peristiwa fungsional dalam pengurutan penyajian cerita.

Gelas ditangan ayah tiba-tiba saja terjatuh. Hatinya menjadi gelisah. Dia merasa sesuatu yang buruk akan terjadi. Telepon di ruang tengah berbunyi. Seorang polisi mengabarkan sebuah kecelakan bus yang terjadi beberapa jam lalu. Ibu meninggal dunia dalam kecelakaan itu.

Semenjak kematian ibu, ayah sering mengurung diri di dalam kamarnya. Satu bulan kemudian, ayah menyusul ibu karena tak kuasa menanggung kesedihan.

Perhatikan kalimat yang ditebalkan pada paragraf di atas. Peristiwa mengurungdirinya ayah di dalam kamar semenjak kematian ibu, hanya berfungsi mengait peristiwa kematian ibu dengan peristiwa kematian ayah. Peristiwa tersebut tidak mempengaruhi pengembangan plot, tetapi hanya sebagai penyeling, sehingga apabila dihilangkan tidak akan merusak logika cerita.

3. Peristiwa acuan adalah peristiwa-peristiwa yang tidak secara langsung berhubungan dengan plot, tetapi lebih berkaitan dengan unsur-unsur lain seperti perwatakan atau suasana yang melingkupi batin seorang tokoh sebelum terjadi peristiwa penting.

Gelas ditangan ayah tiba-tiba saja terjatuh. Hatinya menjadi gelisah. Dia merasa sesuatu yang buruk akan terjadi. Telepon di ruang tengah berbunyi. Seorang polisi mengabarkan sebuah kecelakan bus yang terjadi beberapa jam lalu. Ibu meninggal dunia dalam kecelakaan itu.

Semenjak kematian ibu, ayah sering mengurung diri di dalam kamarnya. Satu bulan kemudian, ayah menyusul ibu karena tak kuasa menanggung kesedihan.

Peristiwa jatuhnya gelas ditangan ayah dan kegelisahan yang melingkupi batin ayah sebelum mendapat telepon dari polisi, memberikan isyarat akan terjadinya sebuah peristiwa penting; kematian ibu.

Konflik


Konflik memiliki pengertian pertarungan atau pertentangan antara dua hal yang menyebabkan terjadinya aksi reaksi. Pertentangan itu bisa berupa pertentangan fisik, ataupun pertentangan yang terjadi di dalam batin manusia. Konflik merupakan unsur terpenting dari pengembangan plot. Bahkan bisa dikatakan sebagai elemen inti dari sebuah karya fiksi. Stanton dalam An Introduction to Fiction membedakan konflik menjadi dua, yaitu konflik eksternal dan konflik internal.

a. Konflik eksternal adalah pertentangan yang terjadi antara manusia dengan sesuatu yang berada di luar dirinya. Konflik ini dibagi lagi menjadi dua macam. Konflik elemental, yaitu konflik yang terjadi akibat adanya pertentangan antara manusia dengan alam; manusia lawan alam. Misalnya saja konflik yang timbul akibat adanya banjir besar, gempa bumi, gunung meletus, dsb. Sedangkan konflik sosial terjadi disebabkan adanya kontak sosial antarmanusia, atau masalah yang muncul akibat adanya hubungan sosial antarmanusia. konflik sosial bisa terjadi antara manusia lawan manusia atau manusia lawan masyarakat. Misalnya saja berupa masalah penindasan, peperangan, penghianatan, pemberontakan terhadap terhadap adat lama, dsb.

b. Konflik Internal adalah konflik yang terjadi di dalam hati atau jiwa seorang tokoh cerita. Pertentangan yang terjadi di dalam diri manusia. Manusia lawan dirinya sendiri. Misalnya saja konflik yang terjadi akibat adanya pertentangan antara dua keinginan, keyakinan, pilihan yang berbeda, harapan-harapan dan masalah-masalah lainnya.

Klimaks 

Menurut Stanton dalam An Introduction to Fiction klimaks adalah saat konflik telah mencapai titik intensitas tertinggi, dan saat itu merupakan sesuatu yang tak dapat dihindari kejadiannnya. Artinya, berdasarkan tuntutan dan kelogisan cerita, peristiwa itu harus terjadi, tidak boleh tidak. Klimaks merupakan pertemuan antara dua hal yang dipertentangkan dan menentukan bagaimana konflik itu akan diselesaikan.

Plot atau alur drama ada tiga yaitu sirkuler (cerita berkisar pada satu peristiwa saja), linear(cerita  bergerak  secara  berurutan  dari  A-  Z),  dan  episodic (jalinan  cerita  itu terpisah/ terpotong-potong dan kemudian bertemu pada akhir cerita).

linear (Simple Plot) A-Z
Simple plot atau plot lakon yang sederhana adalah lakon yang memiliki satu alur cerita dan satu konflik yang bergerak dari awal sampai akhir. Simple plot ini terdiri dari plot linear dan linear-circular. Plot linear adalah alur cerita mulai dari awal sampai akhir cerita bergerak lurus sedangkan linear-circular adalah alur cerita mulai dari awal sampai akhir bergerak lurus secara melingkar sehingga awal dan akhir cerita akan bertemu dalam satu titik. Alur linear ini masih bisa dibagi-bagi lagi sesuai dengan sifat emosi yang terkandung dari plot linear ini, terdiri dari alur menanjak atau rising plot, alur menurun atau falling plot, alur maju atau progressive plot, alur mundur atau regressive plot, alur lurus atau straight plot, dan alur melingkar atau circular plot.
Alur menanjak atau rising plot adalah alur dengan emosi lakon mulai dari tingkat emosi yang paling rendah menuju tingkat emosi lakon yang paling tinggi. Alur ini adalah alur cerita paling umum pada alur lakon. Alur menurun atau falling plot adalah alur dengan emosi lakon mulai dari tingkat emosi yang paling tinggi menuju tingkat emosi lakon yang paling rendah. Alur ini merupakan kebalikan dari alur menanjak atau rising plot. Alur maju atau progresive plot adalah alur cerita yang dimulai dari pemaparan peristiwa lakon sampai menuju inti peristiwa lakon.

Jalinan jalan cerita dalam lakon bergerak mulai dari awal sampai akhir tanpa ada kilas balik. Alur mundur atau regresive plot adalah alur cerita yang dimulai dari inti cerita kemudian dipaparkan bagaimana sampai terjadi peristiwa tersebut. Alur ini merupakan kebalikan dari progressive plot. Contoh lakon dengan alur mundur adalah Opera Primadona karya Nano Riantiarno yang dimainkan oleh Teater Koma. Alur lurus atau straight plot hampir sama dengan alur maju.
 

episodic (Multi Plot)A-A1-A2-A3-A4, B-B1-B2-B3-B-4
Multi plot adalah lakon yang memiliki satu alur utama dengan beberapa sub plot yang saling bersambungan. Multi plot ini terdiri dari dua tipe yaitu alur episode atau episodic plot dan alur terpusat atau concentric plot. Alur episode atau episodic plot adalah plot cerita yang terdiri dari bagian perbagian secara mandiri, di mana setiap episode memiliki alur cerita sendiri. Setiap episode dalam lakon tersebut sebenarnya tidak ada hubungan sebab akibat dalam rangkaian cerita, tema, tokoh. Tetapi pada akhir cerita alur cerita yang terdiri dari episodeepisode ini akan bertemu. Contoh lakon dengan alur episode atau episodic plot adalah lakon Panembahan Reso karya W.S. Rendra, Raja Lear karya William Shakespeare dan lain-lain.

Concentric plot adalah cerita lakon yang memiliki beberapa plot yang berdiri sendiri, dimana pada akhir cerita semua tokoh yang terlibat dalam cerita yang terpisah tadi akhirnya menyatu guna menyelesaikan cerita. Plot-plot yang ada dalam cerita tersebut memiliki permasalah yang harus diselesaikan.

sirkuler (A-Z-A)
Anatomi Plot
Menurut Rikrik El Saptaria (2006), plot atau alur cerita merupakan rangkaian peristiwa yang satu dengan yang lain dihubungkan dengan hukum sebab akibat. Plot disusun oleh pengarang dengan tujuan untuk mengungkapkan buah pikirannya yang secara khas. Pengungkapan ini lewat jalinan peristiwa yang baik sehingga menciptakan dan mampu menggerakkan alur cerita itu sendiri. Dengan demikian plot memiliki anatomi atau bagian-bagian yang menyusun plot tersebut yang disebut dengan anatomi plot sebagai berikut.
Gimmick, bagian 5 menit pertama yang sengaja dibuat menarik untuk memikat penikmat
Fore Shadowing, pembayangan ke depan yang terjadi ketika tokoh meramalkan atau membayangkan keadaan yang akan datang.

Dramatic Irony, aksi seorang tokoh yang berkata atau bertindak sesuatu, dan tanpa disadari akan menimpa dirinya sendiri. Dalam lakon banyak dijumpai tokoh-tokoh ini, dan biasanya tidak disadari oleh tokoh tersebut.
Flashback, kilas balik peristiwa lampau yang dikisahkan kembali pada saat ini. Kilas balik ini berfungsi untuk mengingatkan kembali ingatan penonton pada peristiwa yang telah lampau tetapi masih dalam satu rangkaian peristiwa lakon. Kilas balik biasanya diceritakan melalui dialog tokoh, tetapi kilas balik pada film biasanya berupa nukilan-nukilan gambar.

Suspense, berisi dugaan dan prasangka yang dibangun dari rangkaian ketegangan yang mengundang pertanyaan dan keingintahuan penonton. Suspen akan menumbuhkan dan memelihara keingintahuan penonton dari awal sampai akhir cerita. Suspen ini biasanya diciptakan dan dijaga oleh penulis lakon dari awal sampai akhir cerita, supaya penonton bertanya-tanya apa akibat yang ditimbulkan dari peristiwa sebelumnya ke peristiwa selanjutnya. Dengan menimbulkan pertanyaanpertanyaan ini penonton akan betah mengikuti cerita sampai selesai. Suspen ini biasanya dibangun melalui dialog-dialog serta laku para tokoh yang ada dalam naskah lakon. Kalau pemeran atau sutradara tidak cermat dalam menganalisisnya maka kemungkinan suspen terlewati dan tidak tergarap dengan baik. Hal ini akan menyebabkan kualitas pertunjukan dinilai tidak terlalu bagus, karena semuanya sudah bisa ditebak oleh penonton. Kalau cerita itu bisa ditebak oleh penonton maka perhatian penonton akan berkurang dan menganggap pertunjukan tersebut tidak menyuguhkan sesuatu untuk dipikirkan.
Surprise, suatu peristiwa yang terjadi diluar dugaan penonton sebelumnya dan memancing perasaan dan pikiran penonton agar menimbulkan dugaan-dugaan yang tidak pasti. Namun peristiwa yang diharapkan tersebut, pada akhirnya mengarah ke sesuatu yang tidak disangka-sangka sebelumnya.
Gestus, aksi atau ucapan tokoh utama yang beritikad tentang sesuatu persoalan yang menimbulkan pertentangan atau konflik antartokoh. Dalam sebuah lakon terkadang dijumpai aksi-aksi yang seperti ini dan akan menimbulkan suatu rasa simpati penonton kepada korbannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar